Berita 

Sulaiman Djaya: Seperti Bermain Silat

Litera.co.id (Tangerang Selatan)- Lokakarya puisi yang digelar dalam rangkaian acara Menyintas Kata yang digerakkan teman-teman pegiat sastra yang tergabung dalam “Pesona Literasi” dan dihelat di Akademi Bambu Nusantara, Taman Techno 2 BSD, kota Tangerang Selatan pada hari Sabtu (18/3), menghadirkan pembicara dari Serang, Sulaiman Djaya, seorang pegiat di Lesehan Warung Sastra dan komite sastra Dewan Kesenian Banten.

“Saya sesungguhnya mengalami kesulitan untuk mendefinisikan puisi karena begitu banyak tafsir dan pemahaman dalam puisi,” buka Sulaiman mengawali diskusi. Bincang sastra yang dilangsungkan pada pkl 13.30-15.00 ini dimoderatori oleh Ryan. Sulaiman Djaya yang merupakan alumnus UIN Syarif Hidayatullah ini lebih menyorot sastra timur seperti sastra Arab dan sastra Persia.

“Sastra Barat sesungguhnya banyak mengadopsi sastra Timur seperti sastra Persia yang memiliki nilai dan khasanah sastra yang sangat luhur dan tinggi,” ungkap Sulaiman. Ia memberi contoh karya-karya sastra pujangga Persia semisal Jalaludin Rumi, Sa’di, Hafidz, dan Omar Khayam yang telah banyak mempengaruhi para sastrawan Barat. Bahkan banyak karya pujangga Persia tersebut diterjemahkan dan dipelajari secara sungguh-sungguh oleh Barat. Selain sastra persia, Sulaiman mengatakan bahwa sastra yang ditulis oleh para pujangga timur yang menggunakan bahasa Arab juga banyak dikaji.

“Bahasa Arab adalah bahasa yang memiliki kualitas puitik dan struktur yang begitu dahsyat,” lanjut Sulaiman sambil ia melantunkan bait-bait atau nadhom yang ia kutip dari kitab Alfiyah, kitab nahwu yang berisi 1000 bait yang dijadikan pembelajaran oleh para siswa atau pembelajar yang mempelajari bahasa Arab pada tingkat lanjut. Kitab yang ditulis seperti puisi dengan rima yang indah ini menurut Sulaiman penuh dengan nilai sastra yang begitu agung.

Lelaki yang lahir 38 tahun lalu ini juga membandingkan sastra barat dengan timur lain seperti sastra India dan nusantara yang sebenarnya juga memiliki tradisi sastra yang panjang.

“Saya juga menemukan kesulitan jika harus membuat acara ini menjadi lokakarya dengan meminta para audiens menulis puisi karena memang itu tak mudah. Puisi itu sungguh ditulis dengan kata dan diksi yang berbeda. Cobalah tulis puisi seperti yang pernah ditulis Rumi, semua diksinya adalah metafora,” jelas Sulaiman sambil menyebut beberapa kutipan puisi yang terdapat dalam buku Mastnawi karya Jalaludin Rumi.

“Menulis puisi itu seperti bermain silat. Semakin sering praktek, maka semakin menguasai jurus, bahkan bisa menciptakan jurus baru, tapi pada tataran awal harus memiliki jurus dasar yang kuat,” tegas Sulaiman Djaya.

Para audiens yang terdiri dari banyak anak muda seperti terlihat bersemangat merespon bincang sastra ini. Banyak pertanyaan dilontarkan dalam bincang sastra yang berakhir pukul 15.00 ini. (Mahrus Prihany)

Related posts

Leave a Comment

five × five =